Kata sebagai bagian dari bahasa verbal sangat dibutuhkan dalam berkomunikasi. Termasuk dalam komunikasi yang menggunakan media tulisan. Kata merupakan penyalur gagasan dan ide (Keraf, 2001: 21). Kehadiran kata pada sebuah kalimat tidak bisa lepas dari makna kata tersebut.
Kata tanpa gaya, bagaikan tubuh tanpa nyawa, tidak hidup. Gaya bahasa untuk menyampaikan pesan melalui kata-kata yang dipilih juga harus diperhatikan. Diksi dan gaya bahasa sangat dibutuhkan pada bentuk tulisan argumentasi persuasif yaitu tulisan yang menyajikan suatu komposisi dengan sasaran utama mempengaruhi dan mengubah sikap maupun pendapat orang lain.
Macam-macam diksi
Diksi dibagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Makna Denotatif
Makna denotatif disebut juga dengan beberapa istilah lain seperti: makna denotasional, makna kognitif, makna konseptual, makna ideasional, makna referensial atau makna proposional.
Disebut makna kognitif karena makna itu bertalian dengan kesadaran atau pengetahuan: stimulus (dari pihak pembicara) dan respons menyangkut hal-hal yang dapat diserap panca indra (kesadaran) dan rasio manusia. Dan makna ini disebut juga makna proposional karena ia bertalian dengan informasi-informasi atau pernyataan-pernyataan yang bersifat faktual. Selain itu, yang dimaksud
dengan maknn denotatif yaitu makna sesungguhnya dari apa yang dimaksud
oleh penulis. Mari lihat contoh kalimat-kalimat dibawah ini.
- Rumah itu luasnya 250 meter persegi
- Ada seribu orang yang menghadiri pertemuan itu
- Toko ini dilayani oleh gadis-gadis
2. Makna Konotatif
Makna konotatif adalah makna yang mengandung nilai-nilai emosional. Makna konotatif sebagian terjadi karena pembicara ingin menimbulkan perasaan tidak setuju – setuju, senang – tidak senang, dan sebagainya pada pihak pendengar: dipihak lain, kata yang dipilih itu memperlihatkan bahwa
pembicaranya juga menyimpan perasaan yang sama. Makna konotatif juga berarti makna yang tidak merujuk langsung dengan maksud yang sebenarnya. Mari lihat contoh kalimat-kalimat di bawah ini.
- Rumah itu luas sekali.
- Banyak sekali orang yang menghadiri pertemuan itu.
- Meluap hadirin yang menghadiri pertemuan itu.
Struktur Leksikal
1. Sinonim
Dengan kriteria ini dapat diperoleh empat macam sinonim yaitu
(1) Sinonim yang total dan komplet yang dalam kenyataan jarang ada dan inilah yang
dijadikan landasan menolak adanya sinonim
(2) Sinonim yang tidak total tetapi komplet
(3) Sinonim yng tidak total tpi komplet,
(4) Sinonim yang tidak komplet dan tidak total
Contoh dari penggunaan sinonim yaitu:
- Kata manipulasi bersinonim dengan kecurangan, penggelapan, penimbunan,
spekulasi
- Kata stabil bersinonim dengan mantap, kuat, tidak goyah, tetap, kukuh
- Kata senang bersinonim dengan puas, lega, tidak kecewa, suka, gembira, sukacita,
girang, nyaman
Faktor-faktor yang menyebabkan adanya sinonim:
(1) Proses serapan dari pengenalan dengan bahasa lain membawa akibat penerimaan
kata-kata baru yang sebenarnya sudah ada padanannya dalam bahasa sendiri.
Contohnya: kata hasil, tetapi masih menerima kata prestasi dan produksi; kata jahat
dan kotor tetapi masih menerima kata maksiat; kata karangan tetapi masih
menerima kata risalah, artikel, makalah atau esai.
(2) Penyerapan bahasa daerah ke dalam bahasa Indonesia. Tampat kedianaman yang
berlainan mempengaruhhi pula perbedaan kosa kata yang digunakan, walaupun referennya sama. Contoh: tali dan tambang, parang dan golok, ubi kayu dan singkong, lempung dan tanah liat, tuli dan pekak, sore dan petang, dan sebagainya
(3) Makna emotif dan makna evaluatif. Makna kognitif dari kata-kata yang bersinonim
itu sama, hanya nilai evaluatif dan nilai emotifnya(nilai rasa) berbeda. Contoh:
a. Ekononomis – hemat – irit.
b. Dara – gadis – perempuan.
c. Kikir – pelit.
d. Ingin – rindu – damba.
e. Sari – pati.
f. Mayat – jenazah – bangkai.
g. Mati – meninggal – gugur – wafat – mangkat.
h. Penyair – pujangga.
i. Kuat – perkasa – gagah – berani.
2. Polisemi
Kata polisemi yang berarti satu kata memiliki banyak makna.
kata polisemi juga berarti mempunyai tulisan yang berbeda tetapi mempunyai pelafalan yang sama serta makna yang berbeda. Contoh:
- Saya menabung di bank dan mendapat bunga 20%
- Sinta menjadi bunga desa di desanya.
- Bunga melati sangat harum wanginya.
Dalam kalimat pertama kata bunga di sini adalah sebagai mendapat keuantungan.
Sedangkan pada kalimat kedua berarti wanita paling cantik di desanya. Terakhir
kalimat ketiga yang berarti tumbuhan bunga melati yang harum wanginya.
3. Homonimi
Homonimi yaitu memiliki dua kata atau lebih tetapi memiliki bentuk yang sama.
Di bawah ini adalah contoh homonimi:
- Di awal bulan bapak menerima gaji
- Bulan purnama sangat jelas dikarenakan langitnya tidak berawan
Kata bulan pada kalimat pertama dengan kalimat kedua mempunyai lafal serta
ejaan yang sama tetapi maknanya tisak sama. Pada klimat pertama menunjukkan
tanggal, sedangkan pada kalimat kedua ditunjuukan untuk bulan yang ada di langit.
4. Hiponimi
Hiponimi adalah semacam relasi antar kata yang berwujud atas, bawah, atau dalam
suatu makna terkandung sejumlah komponen yang lain. Karena ada kelas yang
mencakup sejumlah kompenen yang lain. Karena ada kelas atas yang mencakup
sejumlah komponen yang lebih kecil, dan ada sejumlah kelas bawah yang
merupakan komponen-komponen yang tercakup dalam kelas atas, maka kata yang
berkedudukan sebagai kelas disebut superordinat dan kelas bawah yang disebut
hiponimi. Adapun hiponimi juga dapat berrati turunan dari sebuah kata. Contoh:
a. Kata bunga merupakan sebuah superordinat yang membawahi sejumlah hiponim
antara lain: mawar, melati, sedap malam, flamboyan, dan gladiol.
b. Kata mawar yang menjadi hiponim juga dapat menjadi superordinat dengan
membawahi mawar merah, mawar putih, mawar kuning.
c. Kata binatang menjadi superordinat yang membawahi kata burung, ikan, banatang
menyusui.
5. Antonimi
Istilah antonimi dipakai untuk menyatakan lawan makna sedangkan kata yang berlawanan disebut antonim. Terdapat macam-macam kata yang berantonim itu. Oposisi antarkata dapat berbentuk:
1. Operasi Kembar: oposisi yang mencakup dua anggota seperti: laki-laki – wanita;
jantan – betina; hidup – mati.
2. Oposisi majemuk, oposisi yang mencakup suatu perangkat yang terdiri dari dua
kata. Oposisi ini bertalian dengan hiponim-hiponim dalam kelas. Contoh: baju itu tidak merah, maka dalam kalimat ini mencakup pengertian bahwa Baju itu hijau atau baju itu hitam, dan sebagainya.
3. Oposisi gradual, antara dua istilah yang berlawanan masih terdapat sejumlah tingkatan. Misalnya: Rumah kami tidak besar tidak mencakup pengertian Rumah kami kecil, walaupun Rumah kami besar mencakup pula pengertian rumah kami tidak kecil.
4. Opoisi relasional, oposisi antara dua kata yang mengandung relasi kebalikan Misalnya: Ali menjual seekor sapi pada Tono – tono membeli seekor sapi dari Ali; ayah memberi anaknya sebuah rumah – anak menerima sebuah rumah dari ayahnya; Tono adalah orang tua dari Tini – Tini adalah anak dari Tono.
5. Oposisi hirarkis, oposisi yang terjadi karena tiap istilah menduduki derajat yang berlainan. Oposisi ini sebenarnya oposisi majemuk, namun di sini terdapat suatu kriteria tambahan tingkat. Misalnya: milimeter – centimeter – desimeter – meter, dan sebagainya
6. Oposisi inversi, oposisi yang terdapat pada pasangan kata seperti: beberapa –
semua, mungkin – wajib, boleh – harus, tetap – menjadi. Misalnya:
- “Beberapa negara tidak memiliki pantai” sinonim dengan “Tidak semua negara
memiliki pantai”.
- “Semua kucing bukan kerbau” sinonim dengan “Tak ada kucing adalah kerbau”.
Unsur Gaya Bahasa
Gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorik dengan istilah style. Secara umum, gaya adalah cara mengungkapkan diri sendiri, entah melalui bahasa, tingkah laku, berpakaian, dan sebagaianya. Dilihat dari segi bahasa, gaya bahasa adalah cara mengunakan bahasa. Gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur berikut:
1. Kejujuran
2. Sopan santun
3. Menarik
Kata tanpa gaya, bagaikan tubuh tanpa nyawa, tidak hidup. Gaya bahasa untuk menyampaikan pesan melalui kata-kata yang dipilih juga harus diperhatikan. Diksi dan gaya bahasa sangat dibutuhkan pada bentuk tulisan argumentasi persuasif yaitu tulisan yang menyajikan suatu komposisi dengan sasaran utama mempengaruhi dan mengubah sikap maupun pendapat orang lain.
Macam-macam diksi
Diksi dibagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Makna Denotatif
Makna denotatif disebut juga dengan beberapa istilah lain seperti: makna denotasional, makna kognitif, makna konseptual, makna ideasional, makna referensial atau makna proposional.
Disebut makna kognitif karena makna itu bertalian dengan kesadaran atau pengetahuan: stimulus (dari pihak pembicara) dan respons menyangkut hal-hal yang dapat diserap panca indra (kesadaran) dan rasio manusia. Dan makna ini disebut juga makna proposional karena ia bertalian dengan informasi-informasi atau pernyataan-pernyataan yang bersifat faktual. Selain itu, yang dimaksud
dengan maknn denotatif yaitu makna sesungguhnya dari apa yang dimaksud
oleh penulis. Mari lihat contoh kalimat-kalimat dibawah ini.
- Rumah itu luasnya 250 meter persegi
- Ada seribu orang yang menghadiri pertemuan itu
- Toko ini dilayani oleh gadis-gadis
2. Makna Konotatif
Makna konotatif adalah makna yang mengandung nilai-nilai emosional. Makna konotatif sebagian terjadi karena pembicara ingin menimbulkan perasaan tidak setuju – setuju, senang – tidak senang, dan sebagainya pada pihak pendengar: dipihak lain, kata yang dipilih itu memperlihatkan bahwa
pembicaranya juga menyimpan perasaan yang sama. Makna konotatif juga berarti makna yang tidak merujuk langsung dengan maksud yang sebenarnya. Mari lihat contoh kalimat-kalimat di bawah ini.
- Rumah itu luas sekali.
- Banyak sekali orang yang menghadiri pertemuan itu.
- Meluap hadirin yang menghadiri pertemuan itu.
Struktur Leksikal
1. Sinonim
Dengan kriteria ini dapat diperoleh empat macam sinonim yaitu
(1) Sinonim yang total dan komplet yang dalam kenyataan jarang ada dan inilah yang
dijadikan landasan menolak adanya sinonim
(2) Sinonim yang tidak total tetapi komplet
(3) Sinonim yng tidak total tpi komplet,
(4) Sinonim yang tidak komplet dan tidak total
Contoh dari penggunaan sinonim yaitu:
- Kata manipulasi bersinonim dengan kecurangan, penggelapan, penimbunan,
spekulasi
- Kata stabil bersinonim dengan mantap, kuat, tidak goyah, tetap, kukuh
- Kata senang bersinonim dengan puas, lega, tidak kecewa, suka, gembira, sukacita,
girang, nyaman
Faktor-faktor yang menyebabkan adanya sinonim:
(1) Proses serapan dari pengenalan dengan bahasa lain membawa akibat penerimaan
kata-kata baru yang sebenarnya sudah ada padanannya dalam bahasa sendiri.
Contohnya: kata hasil, tetapi masih menerima kata prestasi dan produksi; kata jahat
dan kotor tetapi masih menerima kata maksiat; kata karangan tetapi masih
menerima kata risalah, artikel, makalah atau esai.
(2) Penyerapan bahasa daerah ke dalam bahasa Indonesia. Tampat kedianaman yang
berlainan mempengaruhhi pula perbedaan kosa kata yang digunakan, walaupun referennya sama. Contoh: tali dan tambang, parang dan golok, ubi kayu dan singkong, lempung dan tanah liat, tuli dan pekak, sore dan petang, dan sebagainya
(3) Makna emotif dan makna evaluatif. Makna kognitif dari kata-kata yang bersinonim
itu sama, hanya nilai evaluatif dan nilai emotifnya(nilai rasa) berbeda. Contoh:
a. Ekononomis – hemat – irit.
b. Dara – gadis – perempuan.
c. Kikir – pelit.
d. Ingin – rindu – damba.
e. Sari – pati.
f. Mayat – jenazah – bangkai.
g. Mati – meninggal – gugur – wafat – mangkat.
h. Penyair – pujangga.
i. Kuat – perkasa – gagah – berani.
2. Polisemi
Kata polisemi yang berarti satu kata memiliki banyak makna.
kata polisemi juga berarti mempunyai tulisan yang berbeda tetapi mempunyai pelafalan yang sama serta makna yang berbeda. Contoh:
- Saya menabung di bank dan mendapat bunga 20%
- Sinta menjadi bunga desa di desanya.
- Bunga melati sangat harum wanginya.
Dalam kalimat pertama kata bunga di sini adalah sebagai mendapat keuantungan.
Sedangkan pada kalimat kedua berarti wanita paling cantik di desanya. Terakhir
kalimat ketiga yang berarti tumbuhan bunga melati yang harum wanginya.
3. Homonimi
Homonimi yaitu memiliki dua kata atau lebih tetapi memiliki bentuk yang sama.
Di bawah ini adalah contoh homonimi:
- Di awal bulan bapak menerima gaji
- Bulan purnama sangat jelas dikarenakan langitnya tidak berawan
Kata bulan pada kalimat pertama dengan kalimat kedua mempunyai lafal serta
ejaan yang sama tetapi maknanya tisak sama. Pada klimat pertama menunjukkan
tanggal, sedangkan pada kalimat kedua ditunjuukan untuk bulan yang ada di langit.
4. Hiponimi
Hiponimi adalah semacam relasi antar kata yang berwujud atas, bawah, atau dalam
suatu makna terkandung sejumlah komponen yang lain. Karena ada kelas yang
mencakup sejumlah kompenen yang lain. Karena ada kelas atas yang mencakup
sejumlah komponen yang lebih kecil, dan ada sejumlah kelas bawah yang
merupakan komponen-komponen yang tercakup dalam kelas atas, maka kata yang
berkedudukan sebagai kelas disebut superordinat dan kelas bawah yang disebut
hiponimi. Adapun hiponimi juga dapat berrati turunan dari sebuah kata. Contoh:
a. Kata bunga merupakan sebuah superordinat yang membawahi sejumlah hiponim
antara lain: mawar, melati, sedap malam, flamboyan, dan gladiol.
b. Kata mawar yang menjadi hiponim juga dapat menjadi superordinat dengan
membawahi mawar merah, mawar putih, mawar kuning.
c. Kata binatang menjadi superordinat yang membawahi kata burung, ikan, banatang
menyusui.
5. Antonimi
Istilah antonimi dipakai untuk menyatakan lawan makna sedangkan kata yang berlawanan disebut antonim. Terdapat macam-macam kata yang berantonim itu. Oposisi antarkata dapat berbentuk:
1. Operasi Kembar: oposisi yang mencakup dua anggota seperti: laki-laki – wanita;
jantan – betina; hidup – mati.
2. Oposisi majemuk, oposisi yang mencakup suatu perangkat yang terdiri dari dua
kata. Oposisi ini bertalian dengan hiponim-hiponim dalam kelas. Contoh: baju itu tidak merah, maka dalam kalimat ini mencakup pengertian bahwa Baju itu hijau atau baju itu hitam, dan sebagainya.
3. Oposisi gradual, antara dua istilah yang berlawanan masih terdapat sejumlah tingkatan. Misalnya: Rumah kami tidak besar tidak mencakup pengertian Rumah kami kecil, walaupun Rumah kami besar mencakup pula pengertian rumah kami tidak kecil.
4. Opoisi relasional, oposisi antara dua kata yang mengandung relasi kebalikan Misalnya: Ali menjual seekor sapi pada Tono – tono membeli seekor sapi dari Ali; ayah memberi anaknya sebuah rumah – anak menerima sebuah rumah dari ayahnya; Tono adalah orang tua dari Tini – Tini adalah anak dari Tono.
5. Oposisi hirarkis, oposisi yang terjadi karena tiap istilah menduduki derajat yang berlainan. Oposisi ini sebenarnya oposisi majemuk, namun di sini terdapat suatu kriteria tambahan tingkat. Misalnya: milimeter – centimeter – desimeter – meter, dan sebagainya
6. Oposisi inversi, oposisi yang terdapat pada pasangan kata seperti: beberapa –
semua, mungkin – wajib, boleh – harus, tetap – menjadi. Misalnya:
- “Beberapa negara tidak memiliki pantai” sinonim dengan “Tidak semua negara
memiliki pantai”.
- “Semua kucing bukan kerbau” sinonim dengan “Tak ada kucing adalah kerbau”.
Unsur Gaya Bahasa
Gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorik dengan istilah style. Secara umum, gaya adalah cara mengungkapkan diri sendiri, entah melalui bahasa, tingkah laku, berpakaian, dan sebagaianya. Dilihat dari segi bahasa, gaya bahasa adalah cara mengunakan bahasa. Gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur berikut:
1. Kejujuran
2. Sopan santun
3. Menarik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar